Akhir pekan memang selalu menjadi waktu yang pas untuk sekedar mengusir penat setelah lima hari berturut-turut dijejali deadline dan tugas yang tak ada habisnya. Mengunjungi tempat-tempat wisata di sekitar tempat tinggal atau hanya sekedar pijat di salon dekat rumah dapat menjadi pilihan alternatif untuk menyegarkan tubuh serta pikiran. Seperti misalnya, saya dan salah seorang teman beberapa waktu lalu memutuskan untuk mengunjungi salah satu pantai di daerah Kebumen yakni Pantai Karang Agung. Pantai ini berlokasi di kawasan perbukitan yang dikelola oleh Perum Perhutani, salah perusahaan BUMN yang memiliki wewenang untuk mengurus kawasan hutan di Pulau Jawa.
Kebumen memang terkenal akan pantai-pantai eksotisnya yang masih jarang dijamah oleh publik. Letaknya yang sulit dijangkau yakni di balik perbukitan terjal dan berkelok-kelok membuat banyak orang lebih suka untuk mengunjungi pantai-pantai yang sudah memiliki akses jalan yang baik seperti Pantai Ayah, Pantai Suwuk, Pantai Pecaron, Pantai Karang Bolong, maupun Pantai Menganti. Oleh karena itu, saya dan teman saya memutuskan untuk mengeksplorasi salah satu pantai eksotis di daerah Kebumen yang masih jarang dikunjungi orang yakni Pantai Karang Agung.
Untuk menuju ke sana, kami menggunakan sepeda motor dari Purwokerto dengan waktu tempuh tidak lebih dari dua jam. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk berangkat sekitar pukul 9 pagi. Berbekal informasi ala kadarnya yang kami dapat dari teman maupun dengan mencarinya sendiri di google, kami memberanikan diri untuk pergi ke Pantai Karang Agung berdua. Sesungguhnya kami tidak pernah benar-benar tahu sebelumnya bahwa perjalanan tersebut merupakan salah satu pengalaman tak terlupakan sepanjang hidup kami.
Letak Pantai Karang Agung tidak jauh dari Pantai Ayah. Walaupun di dalam peta tergambar bahwa Pantai ini masih sejajar dan dekat dengan Pantai Ayah, sebenarnya kami harus melewati jalan yang terjal dan berkelok-kelok agar dapat sampai ke kawasan tersebut. Perbukitan hijau terhampar di sepanjang kanan-kiri jalan bak sebuah potret keindahan alam yang ditampilkan di film-film layar lebar. Hawa sejuk khas perbukitan berbaur dengan sepoi-sepoi angin laut cukup melengkapi siang hari yang agak sedikit terik oleh sinar matahari khas musim kemarau.
Setelah menghabiskan kurang lebih 20 menit menyusuri perbukitan, wisatawan akan menjumpai sebuah spanduk besar bertuliskan “Pantai Karang Agung” yang diikat di antara dua dahan pohon. Kami memutuskan untuk berhenti dan memarkirkan motor di tempat yang telah disediakan. Namun, kami sempat heran hingga bertanya pada warga sekitar apakah letak Pantai Karang Agung masih jauh atau tidak. Ternyata kami masih harus menyusuri jalan setapak menyusuri hutan di perbukitan yang rindang agar dapat sampai ke Pantai Karang Agung.
Ternyata untuk mencapai Pantai Karang Agung diperlukan kesiapan fisik dan perlengkapan yang mumpuni. Saya dan teman saya yang hanya mengenakan sandal jepit dan membawa air minum seadanya harus tergopoh-gopoh untuk sampai ke pantai tersebut. Walau pemandangan di sekitar perbukitan tersebut terlampau indah untuk dilewatkan, tetap saja harus ada harga yang dibayar untuk itu. Tak mengherankan apabila pantai ini masih sangat sepi dari kunjungan wisatawan.
30 menit berjalan dan mendaki dengan napas tersengal-sengal hingga samar-samar kami dapat melihat hamparan laut biru yang membentang luas. Sekonyong-konyong rasa lelah kami menguap begitu saja melihat lautan biru yang bersanding dengan langit yang bersih. Kegembiraan kami bertambah pasca melihat gugusan batu karang yang bersandang kokoh mempercantik keindahan pantai yang sudah ada. Tak ayal apabila pada akhirnya kami betah berlama-lama di sana menghabiskan sore berangin yang agak sedikit sendu sembari meminum es kelapa yang dijajakan pemilik warung di pesisir pantai tersebut.
Sungguh, Karang Agung memberikan perjalanan akhir pekan yang berkesan. Sepenggal perjalanan penuh tenaga dan pengalaman baru yang menorehkan tidak hanya sekedar pengusir penat, namun juga kenangan tak terlupakan. Saya jadi teringat ucapan teman saya kala itu di tengah-tengah kelelahan kami saat menyusuri jalan pulang menuju tempat parkir sepeda motor, “Akhir pekan terlalu singkat untuk sekedar dihabiskan di rumah. Pergi dan jelajahi tempat-tempat baru. Kumpulkan pengalaman sebanyak yang kau mau.” Baca juga: Kuliner Purwokerto nan Menggoda
Pantai Karang Agung |
Untuk menuju ke sana, kami menggunakan sepeda motor dari Purwokerto dengan waktu tempuh tidak lebih dari dua jam. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk berangkat sekitar pukul 9 pagi. Berbekal informasi ala kadarnya yang kami dapat dari teman maupun dengan mencarinya sendiri di google, kami memberanikan diri untuk pergi ke Pantai Karang Agung berdua. Sesungguhnya kami tidak pernah benar-benar tahu sebelumnya bahwa perjalanan tersebut merupakan salah satu pengalaman tak terlupakan sepanjang hidup kami.
Letak Pantai Karang Agung tidak jauh dari Pantai Ayah. Walaupun di dalam peta tergambar bahwa Pantai ini masih sejajar dan dekat dengan Pantai Ayah, sebenarnya kami harus melewati jalan yang terjal dan berkelok-kelok agar dapat sampai ke kawasan tersebut. Perbukitan hijau terhampar di sepanjang kanan-kiri jalan bak sebuah potret keindahan alam yang ditampilkan di film-film layar lebar. Hawa sejuk khas perbukitan berbaur dengan sepoi-sepoi angin laut cukup melengkapi siang hari yang agak sedikit terik oleh sinar matahari khas musim kemarau.
Setelah menghabiskan kurang lebih 20 menit menyusuri perbukitan, wisatawan akan menjumpai sebuah spanduk besar bertuliskan “Pantai Karang Agung” yang diikat di antara dua dahan pohon. Kami memutuskan untuk berhenti dan memarkirkan motor di tempat yang telah disediakan. Namun, kami sempat heran hingga bertanya pada warga sekitar apakah letak Pantai Karang Agung masih jauh atau tidak. Ternyata kami masih harus menyusuri jalan setapak menyusuri hutan di perbukitan yang rindang agar dapat sampai ke Pantai Karang Agung.
Ternyata untuk mencapai Pantai Karang Agung diperlukan kesiapan fisik dan perlengkapan yang mumpuni. Saya dan teman saya yang hanya mengenakan sandal jepit dan membawa air minum seadanya harus tergopoh-gopoh untuk sampai ke pantai tersebut. Walau pemandangan di sekitar perbukitan tersebut terlampau indah untuk dilewatkan, tetap saja harus ada harga yang dibayar untuk itu. Tak mengherankan apabila pantai ini masih sangat sepi dari kunjungan wisatawan.
30 menit berjalan dan mendaki dengan napas tersengal-sengal hingga samar-samar kami dapat melihat hamparan laut biru yang membentang luas. Sekonyong-konyong rasa lelah kami menguap begitu saja melihat lautan biru yang bersanding dengan langit yang bersih. Kegembiraan kami bertambah pasca melihat gugusan batu karang yang bersandang kokoh mempercantik keindahan pantai yang sudah ada. Tak ayal apabila pada akhirnya kami betah berlama-lama di sana menghabiskan sore berangin yang agak sedikit sendu sembari meminum es kelapa yang dijajakan pemilik warung di pesisir pantai tersebut.
Sungguh, Karang Agung memberikan perjalanan akhir pekan yang berkesan. Sepenggal perjalanan penuh tenaga dan pengalaman baru yang menorehkan tidak hanya sekedar pengusir penat, namun juga kenangan tak terlupakan. Saya jadi teringat ucapan teman saya kala itu di tengah-tengah kelelahan kami saat menyusuri jalan pulang menuju tempat parkir sepeda motor, “Akhir pekan terlalu singkat untuk sekedar dihabiskan di rumah. Pergi dan jelajahi tempat-tempat baru. Kumpulkan pengalaman sebanyak yang kau mau.” Baca juga: Kuliner Purwokerto nan Menggoda
Share Yuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar