Ketika mendengar kata Lamalera sontak yang muncul dalam benak kita adalah tentang berburu ikan paus. Kebiasaan berburu ini sudah diwariskan terun temurun oleh nenek moyang orang Lamalera. Berbagai macam pendapat dan spekulasi pun muncul dalam menanggapi budaya ini. Namun, tahukah kita makna dibalik budaya berburu paus orang Lamalera ini?
Lamalera merupakan sebuah desa yang berada di Kabupaten Lembata, Propinsi NTT. Sekilas keadaan desa Lamalera tidak jauh berbeda dengan keadaan desa nelayan lainnya yang ada di Indonesia. Yang menjadi keunikan dan kekhasan desa Lamalera adalah budaya berburu ikan paus. Kegiatan berburu paus ini sedikitnya sudah menyedot perhatian para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
Tradisi berburu paus masyarakat Lamalera merupakan warisan budaya yang sudah secara turun temurun dilaksanakan. Biasanya diadakan setiap bulan Mei hingga November karena pada bulan-bulan inilah ikan paus melintasi perairan laut Sawu di Flores NTT. Periode berburu paus ini oleh masyarakat sering disebut sebagai musim baleo. Tidak semua jenis paus menjadi sasaran buruan masyarakat Lamalera, seperti kelaru (paus biru). Sudah sejak dulu kelaru dilarang untuk diburu oleh nenek moyang orang Lamalera.
Sebelum berangkat untuk berburu paus, para nelayan terlebih dahulu melakukan ritual yang berisi tarian menikam ikan, nyanyian dalam bahasa daerah setempat, dan untuk perahu yang digunakan dibuat upacara paledang. Paledang dalam bahasa setempat berarti perahu para lamafa (penombak ikan paus). Ritual yang dilaksanakan ini bertujuan untuk membakar semangat para nelayan dan untuk mengingatkan mereka agar selalu sabar dan waspada karena kegiatan yang mereka lakukan memiliki resiko yang sangat besar.
Selain dilakukannya beberapa ritual, perlengkapan dan peralatan yang digunakan dalam perburuan paus ini masih terbilang sangat tradisional karena hanya menggunakan perahu kayu, tombak dan tali. Dengan peralatan yang sederhana ini, dituntut keahlian dari lamafa (penombak) untuk menikam paus tepat pada sasaran. Dan sasaran utama untuk melumpuhkan paus adalah dengan menikam bagian belakang kepalannya. Jadi, lamafa merupakan aktor penting penentu berhasil atau tidaknya kegiatan berburu paus ini.
Sebelum berangkat untuk berburu paus, para nelayan terlebih dahulu melakukan ritual yang berisi tarian menikam ikan, nyanyian dalam bahasa daerah setempat, dan untuk perahu yang digunakan dibuat upacara paledang. Paledang dalam bahasa setempat berarti perahu para lamafa (penombak ikan paus). Ritual yang dilaksanakan ini bertujuan untuk membakar semangat para nelayan dan untuk mengingatkan mereka agar selalu sabar dan waspada karena kegiatan yang mereka lakukan memiliki resiko yang sangat besar.
Selain dilakukannya beberapa ritual, perlengkapan dan peralatan yang digunakan dalam perburuan paus ini masih terbilang sangat tradisional karena hanya menggunakan perahu kayu, tombak dan tali. Dengan peralatan yang sederhana ini, dituntut keahlian dari lamafa (penombak) untuk menikam paus tepat pada sasaran. Dan sasaran utama untuk melumpuhkan paus adalah dengan menikam bagian belakang kepalannya. Jadi, lamafa merupakan aktor penting penentu berhasil atau tidaknya kegiatan berburu paus ini.
Ketika paus sudah berhasil ditikam dengan mata tombak yang sudah diikat dengan tali dan terhubung ke perahu para nelayan, maka perahu nelayan akan mengikuti saja pergerakan paus tersebut hinga ia melemah dan tidak berdaya. Di saat seperti itulah para nelayan menarik ikan paus tersebut menuju ke pantai Lamalera. Sesampai di pantai, daging paus kemudian dibagikan kepada seluruh warga desa. Selain daging, bagian yang paling penting adalah minyak paus yang bagi masyarakat desa Lamalera dijadikan sebagai bahan obat, minyak urut, dan bahan bakar untuk lampu.
Walaupun sudah ada beberapa wacana yang bertujuan untuk melarang perburuan paus di Indonesia, tradisi berburu paus masyarakat Lamalera masih terus dilakukan. Bagi masyarakat Lamalera tradisi berburu paus akan terus dilestarikan, karena jika tradisi berburu ini dihentikan sama saja dengan membinasakan masyarakat Lamalera. Lain dari pada itu, mereka akan melakukan perburuan paus secara bijak. Dimana, mereka tidak akan berburu jenis paus yang terbilang langka, paus kecil, dan induk paus yang sedang hamil. Baca juga: Nilai Sejarah dibalik Monumen Perjuangan Jatinegara
Walaupun sudah ada beberapa wacana yang bertujuan untuk melarang perburuan paus di Indonesia, tradisi berburu paus masyarakat Lamalera masih terus dilakukan. Bagi masyarakat Lamalera tradisi berburu paus akan terus dilestarikan, karena jika tradisi berburu ini dihentikan sama saja dengan membinasakan masyarakat Lamalera. Lain dari pada itu, mereka akan melakukan perburuan paus secara bijak. Dimana, mereka tidak akan berburu jenis paus yang terbilang langka, paus kecil, dan induk paus yang sedang hamil. Baca juga: Nilai Sejarah dibalik Monumen Perjuangan Jatinegara
Share Yuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar