Kota Tenggarong di Kutai, Kalimantan Timur adalah salah satu kota yang selalu menjunjung tinggi nilai budaya leluhur mereka. Hal ini tampak dari bagaimana setiap tahunnya Tenggarong selalu menghelat sebuah festival yang cukup terkenal yakni Erau Adat Kutai. Festival ini sendiri pertama kali dilaksanakan pada masa awal Kesultanan Kutai berdiri. Konon, dahulu Erau hanya diadakan setiap adanya pergantian atau penobatan Raja-Raja Kutai Kartanegara. Pelaksanaan upacara ini sendiri dulunya dilaksanakan oleh kerabat Keraton dengan mengungdang seluruh tokoh masyarakat yang mengabdi kepada kerajaan.
Tahun 1965 merupakan tahun terakhir penyelenggarakan Erau menurut tata cara Kesultanan Kutai. Hal ini dikarenakan di tahun tersebut status Kota Tenggarong sebagai Kesultanan Kutai beralih menjadi kabupaten dan kepala pemerintahan dipegang oleh bupati. Selanjutnya, pelaksanaan Erau sendiri diambil alih oleh pemerintah atas ijin dari kesultanan. Ditangan pemerintah, selain sebagai pesta adat, Erau dijadikan sebagai ajang untuk pelestarian budaya warisan Kesultanan Kutai. Hal ini dilakukan agar masyarakat Tenggarong tetap mengingat dan mencintai budaya luhur mereka.
Seiring bertambahnya waktu dan berubahnya jaman, Erau terus dilestarikan menjadi sebuah festival budaya yang tak hanya terkenal di daerah, namun juga hingga ke mancanegara. Hal ini dibuktikan pada pelaksanaan Erau pada tahun 2016 kemarin, dimana beberapa negara anggota International Council of Folklore Festival and Folk Art (CIOFF) ikut ambil andil dalam perayaan tahunan tersebut. Acara yang bertajuk Erau Adat Kutai and International Folk and Art Festival (EIFAF) 2016 tersebut sukses mengkolaborasikan tradisi lokal yang masih terjaga dengan baik dan budaya mancanegara yang tak kalah ciamik.
Acara yang digelar pada tanggal 20-28 Agustus 2016 kemarin sedikitnya menghadirkan beberapa kebudayaan dari Nusantara seperti kebudayaan Kutai Kartanegara, Sleman, dan Gunung Kidul yang kemudian berkolaborasi dengan 259 orang perwakilan tim kesenian dari negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Lithuania, Estonia, Bulgaria, Kanada, Polandia, Rumania, Rusia, dan Taiwan. Perpaduan budaya nasional dan internasional yang disuguhkan benar-benar terlihat sangat harmonis dan memiliki daya tarik kuat baik bagi masyarakat lokal mupun asing.
Meskipun pelaksanaan Erau kini mulai disajikan dengan sentuhan budaya-budaya Internasional, namun hal itu tidak mengurangi esensi dari Erau itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana dalam setiap pelaksanaannya Erau tetap mempertahankan prosesi-prosesi adatnya. Diantara beberapa tradisi yang masih dipertahankan dalam Festival Budaya Erau adalah Beseprah, yakni acara jamuan makan bersama untuk seluruh masyarakat yang hadir. Ada juga tradisi mengulur naga , dimana para utusan Keraton Kutai akan membawa sepasang replika naga dengan menggunakan perahu untuk kemudian dilepas di Kutai Lama yang dianggap sebagai tempat asal naga legenda tersebut. Tak kalah menarik, ada acara berlimbur yang sekaligus menjadi penutup acara. Prosesi ini merupakan yang paling menarik dimana seluruh warga saling siram menggunakan air sungai Mahakam.
Adanya pelaksanaan Festival Budaya Erau ini merupakan salah satu bukti adanya pelestaarian budaya yang tetap dijaga baik oleh masyarakat Kutai maupun pemerintah. Kedepannya, masyarakat dan pemerintah berharap agar pelaksanaan kegiatan ini dapat terus dilakukan setiap tahunnya agar budaya yang telah ada sejak jaman dahulu tetap terjaga hingga kapanpun. Baca juga: Keturunan Indonesia yang Menjadi Gambar Mata Uang di Luar Negeri
Tahun 1965 merupakan tahun terakhir penyelenggarakan Erau menurut tata cara Kesultanan Kutai. Hal ini dikarenakan di tahun tersebut status Kota Tenggarong sebagai Kesultanan Kutai beralih menjadi kabupaten dan kepala pemerintahan dipegang oleh bupati. Selanjutnya, pelaksanaan Erau sendiri diambil alih oleh pemerintah atas ijin dari kesultanan. Ditangan pemerintah, selain sebagai pesta adat, Erau dijadikan sebagai ajang untuk pelestarian budaya warisan Kesultanan Kutai. Hal ini dilakukan agar masyarakat Tenggarong tetap mengingat dan mencintai budaya luhur mereka.
Seiring bertambahnya waktu dan berubahnya jaman, Erau terus dilestarikan menjadi sebuah festival budaya yang tak hanya terkenal di daerah, namun juga hingga ke mancanegara. Hal ini dibuktikan pada pelaksanaan Erau pada tahun 2016 kemarin, dimana beberapa negara anggota International Council of Folklore Festival and Folk Art (CIOFF) ikut ambil andil dalam perayaan tahunan tersebut. Acara yang bertajuk Erau Adat Kutai and International Folk and Art Festival (EIFAF) 2016 tersebut sukses mengkolaborasikan tradisi lokal yang masih terjaga dengan baik dan budaya mancanegara yang tak kalah ciamik.
Acara yang digelar pada tanggal 20-28 Agustus 2016 kemarin sedikitnya menghadirkan beberapa kebudayaan dari Nusantara seperti kebudayaan Kutai Kartanegara, Sleman, dan Gunung Kidul yang kemudian berkolaborasi dengan 259 orang perwakilan tim kesenian dari negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Lithuania, Estonia, Bulgaria, Kanada, Polandia, Rumania, Rusia, dan Taiwan. Perpaduan budaya nasional dan internasional yang disuguhkan benar-benar terlihat sangat harmonis dan memiliki daya tarik kuat baik bagi masyarakat lokal mupun asing.
Meskipun pelaksanaan Erau kini mulai disajikan dengan sentuhan budaya-budaya Internasional, namun hal itu tidak mengurangi esensi dari Erau itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana dalam setiap pelaksanaannya Erau tetap mempertahankan prosesi-prosesi adatnya. Diantara beberapa tradisi yang masih dipertahankan dalam Festival Budaya Erau adalah Beseprah, yakni acara jamuan makan bersama untuk seluruh masyarakat yang hadir. Ada juga tradisi mengulur naga , dimana para utusan Keraton Kutai akan membawa sepasang replika naga dengan menggunakan perahu untuk kemudian dilepas di Kutai Lama yang dianggap sebagai tempat asal naga legenda tersebut. Tak kalah menarik, ada acara berlimbur yang sekaligus menjadi penutup acara. Prosesi ini merupakan yang paling menarik dimana seluruh warga saling siram menggunakan air sungai Mahakam.
Adanya pelaksanaan Festival Budaya Erau ini merupakan salah satu bukti adanya pelestaarian budaya yang tetap dijaga baik oleh masyarakat Kutai maupun pemerintah. Kedepannya, masyarakat dan pemerintah berharap agar pelaksanaan kegiatan ini dapat terus dilakukan setiap tahunnya agar budaya yang telah ada sejak jaman dahulu tetap terjaga hingga kapanpun. Baca juga: Keturunan Indonesia yang Menjadi Gambar Mata Uang di Luar Negeri
Share Yuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar