Tahukah inLiners bahwasanya Marinleda merupakan sebuah kota di dunia tanpa polisi. Masalah keamanan merupakan tanggung jawab secara bersama. Dengan demikian ini akan menghemat biaya 260.000 Euro.
Berawal dari tahun 1991, gerakan para buruh dan tani menguasai tanah dengan luas 3000 hektare, kepunyaan seseorang. Tanah tersebut diolah rakyat dengan sistem koperasi. Pengolahan tanah tersebut, semua pekerja dibayar rata seharga 47 Euro untuk / 6 jam kerja. Hebatnya dengan sistem seperti tersebut di Negara ini tak ada pengangguran.
Selain dengan tak ada pengangguran, sistem hunian di sini juga sangat mengagumkan. Sistem pembangungan rumah menganut cara sosialis. Rumah dibangun secara beresama-sama dan pembangunan di bantu pemerintah. Penduduk hanya perlu membayar US $ 19 setiap bulan untuk menghuni rumah tersebut selama sisa hidupnya. Untuk tarikan dana sebebsar US $19 mungkin tak akan terlalu berat bagi penduduk sana, hanya sepertiga dari kerja mereka sehari. Betapa hebatnya pemerintahan berhaluan sosialis di sana.
Jika di bawakan ke Indonesia, mungkin ‘sewa kepemilikan’ rumah bulanan yang diberikan Negara hanya 30 ribu rupiah perbulan. Ini diasumsikan pendapatan kita 3 juta rupiah perbulan, atau 100 ribu sehari. Bayangkan 1/3 pendapat sehari, jadi 30 ribu rupiah bukan?
Rumah yang dimiliki tersebut bisa dihuni sepanjang hayat mereka tanpa harus takut pada penggusuran. Namun syaratnya, rumah tersebut tidak boleh diperjual-belikan. Menurut pemimpin mereka Juan Manuel Sánchez Gordillo, kekuasaan kepemilikan tanah yang melahirkan liberalisme dan akan membunuh masyarakat secara tidak langsung.
Juan Manuel Sánchez Gordillo memang dikenal menentang prinsip-prinsip liberal. Salah satu contohnya pembentukan harga oleh pasar. Gordillo juga menambahkan seharusnya ekonomi ini melayani semua manusia. Bukan untuk mencari keuntungan salah satu pihak. Baca juga: Uniknya Tradisi Hari Pertama Sekolah di Jerman.
Kota ini juga dilengkapi dengan fasilitas seperti kota kota lain. Stadion sepak bola, sarana olahraga dan hiburan. Bahkan dengan stasiun radio dan TV mereka aktif menyuarakan perjuangan Palestina dan Amerika Latin.
Uniknya lagi, dikota ini tidak akan ditemukan reklame atau iklan komersil. Beda jauh dengan negeri kapitalis yang memajang banner iklan komersil dan promosi di mana saja. Dinding di tempat ini lebih banyak dihiasi coretan kata-kata politik atau tokoh tokoh perjuangan seperti Che Guevara, Salvador Allende dsb.
Bahkan selama 3 tahun menjabat sebagai walikota di Marinaleda, Juan Manuel Sánchez Gordillo belum memiliki mobil. Dia hanya punya sebuah rumah sederhana. Berbeda sekali dengan para pemimpin Negara liberalis dan (setengah liberalis dan setengah sosialis). Pemimpin bermewah-mewahan sementara yang susah semakin susah aja.
Pencapaian kesuksesan memimpin seperti ini bukan hal yang mudah. Tercatat penggagas perjuangan ini Sánchez Gordillo, pernah dipenjara 7 kali dan pernah beberapa kali menjadi target pembunuhan dari kelompok fasis dan para perwira polisi, mungkin marah karena polisi telah dihapuskan di kota ini.
Namun dari kesuksesan sistem yang dijalankan membuat banyak yang belajar dari kota ini. Itulah Marinaleda dengan semboyan ‘ Una Utopia Hacia La Paz’ ( Dalam Utopia menuju Damai). Baca Juga: Biografi Yusuf bin Ishak, Presiden Pertama Singapura Berdarah Minangkabau.
Marinaleda 2 Juli 2015. Source: Guadal.Org |
Kota Marinaleda berada di provinsi Sevilla, Spanyol. Meskipun kota kecil dengan luas 25 km persegi, namun urusan kemakmuran tak usah diragukan lagi di kota ini. Meskipun di Eropa pernah terjadi badai krisis ekonomi namun sinar kemakmuran di kota ini tak memudar.
Berawal dari tahun 1991, gerakan para buruh dan tani menguasai tanah dengan luas 3000 hektare, kepunyaan seseorang. Tanah tersebut diolah rakyat dengan sistem koperasi. Pengolahan tanah tersebut, semua pekerja dibayar rata seharga 47 Euro untuk / 6 jam kerja. Hebatnya dengan sistem seperti tersebut di Negara ini tak ada pengangguran.
Selain dengan tak ada pengangguran, sistem hunian di sini juga sangat mengagumkan. Sistem pembangungan rumah menganut cara sosialis. Rumah dibangun secara beresama-sama dan pembangunan di bantu pemerintah. Penduduk hanya perlu membayar US $ 19 setiap bulan untuk menghuni rumah tersebut selama sisa hidupnya. Untuk tarikan dana sebebsar US $19 mungkin tak akan terlalu berat bagi penduduk sana, hanya sepertiga dari kerja mereka sehari. Betapa hebatnya pemerintahan berhaluan sosialis di sana.
Jika di bawakan ke Indonesia, mungkin ‘sewa kepemilikan’ rumah bulanan yang diberikan Negara hanya 30 ribu rupiah perbulan. Ini diasumsikan pendapatan kita 3 juta rupiah perbulan, atau 100 ribu sehari. Bayangkan 1/3 pendapat sehari, jadi 30 ribu rupiah bukan?
Rumah yang dimiliki tersebut bisa dihuni sepanjang hayat mereka tanpa harus takut pada penggusuran. Namun syaratnya, rumah tersebut tidak boleh diperjual-belikan. Menurut pemimpin mereka Juan Manuel Sánchez Gordillo, kekuasaan kepemilikan tanah yang melahirkan liberalisme dan akan membunuh masyarakat secara tidak langsung.
Juan Manuel Sánchez Gordillo memang dikenal menentang prinsip-prinsip liberal. Salah satu contohnya pembentukan harga oleh pasar. Gordillo juga menambahkan seharusnya ekonomi ini melayani semua manusia. Bukan untuk mencari keuntungan salah satu pihak. Baca juga: Uniknya Tradisi Hari Pertama Sekolah di Jerman.
Kota ini juga dilengkapi dengan fasilitas seperti kota kota lain. Stadion sepak bola, sarana olahraga dan hiburan. Bahkan dengan stasiun radio dan TV mereka aktif menyuarakan perjuangan Palestina dan Amerika Latin.
Uniknya lagi, dikota ini tidak akan ditemukan reklame atau iklan komersil. Beda jauh dengan negeri kapitalis yang memajang banner iklan komersil dan promosi di mana saja. Dinding di tempat ini lebih banyak dihiasi coretan kata-kata politik atau tokoh tokoh perjuangan seperti Che Guevara, Salvador Allende dsb.
Juan Manuel Sánchez Gordillo si Robin Hood
Juan Manuel Sánchez Gordillo
|
Juan Manuel Sánchez Gordillo dikenal juga sebagai Robin Hood di dunia nyata. Pada Agustus 2012, sang walikota memimpi penyerbuan pada supermarket dan membagikan pada rakyat yang kelaparan akibat krisis Eropa. Memang telah disebutkan Juan Manuel Sánchez Gordillo sangat anti dengan sistem liberalis. Dia tak suka akan cara supermarket yang menjual barang 7 kali lipat dari harga dasar yang pengusaha supermarket pada petani. Ini tentu memberikan keuntungan besar pada, pengusaha secara sepihak dan mencekik si petani sekaligus pembeli.
Bahkan selama 3 tahun menjabat sebagai walikota di Marinaleda, Juan Manuel Sánchez Gordillo belum memiliki mobil. Dia hanya punya sebuah rumah sederhana. Berbeda sekali dengan para pemimpin Negara liberalis dan (setengah liberalis dan setengah sosialis). Pemimpin bermewah-mewahan sementara yang susah semakin susah aja.
Pencapaian kesuksesan memimpin seperti ini bukan hal yang mudah. Tercatat penggagas perjuangan ini Sánchez Gordillo, pernah dipenjara 7 kali dan pernah beberapa kali menjadi target pembunuhan dari kelompok fasis dan para perwira polisi, mungkin marah karena polisi telah dihapuskan di kota ini.
Namun dari kesuksesan sistem yang dijalankan membuat banyak yang belajar dari kota ini. Itulah Marinaleda dengan semboyan ‘ Una Utopia Hacia La Paz’ ( Dalam Utopia menuju Damai). Baca Juga: Biografi Yusuf bin Ishak, Presiden Pertama Singapura Berdarah Minangkabau.
Share Yuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar